YOKOHAMA HOT ROD CUSTOM SHOW 2016

Bisa diibaratkan sebagai ‘naik haji’-nya dunia kustom, kami berangkat ke Jepang untuk menyaksikan Mooneyes Yokohama Hot Rod Custom Show 2016 (HCS 2016).

Karena kesibukan yang belum bisa ditinggal secara bersamaan, rombongan Lawless Jakarta bersama dengan Sekepal Aspal terbagi menjadi 2 kloter pemberangkatan. Walau gue mengatur perjalanan ini cukup bisa dianggap last minute tapi untungnya semua tiket yang gue perlukan masih tersedia. 2 hal yang membuat gue lumayan khawatir; yang pertama adalah masalah cuaca di Jepang yang sedang memasuki musim dingin, dan yang kedua adalah kemungkinan terjadinya hujan dan angin yang akan membuat cuaca disana makin dingin lagi. Ya, memang gue agak norak dan gak terlalu kuat menahan dingin. Badan menggigil, bibir pecah-pecah, dan jalan kaki menjadi lebih menantang karena memakai baju ekstra tebal berlapis-lapis yang bikin berat.

Satu hari sebelum hari event, kegiatan loading dilakukan di venue Pacifico, Yokohama. Semua mobil, motor, tenants, dan pengisi acara lain terlihat sibuk mengatur booth dan space-nya masing-masing supaya terlihat secantik mungkin. Kami sendiri tidak masuk ke area event, hanya mengintip dari luar. Kami tidak ingin element of surprise-nya jadi berkurang dengan melakukan itu. Kegiatan loading berjalan dengan sangat tertib dan tenang. Satu hal yang kami amati disana yang cukup berbeda dibandingkan dengan apa yang sering terjadi di event-event motor dan mobil di Indonesia adalah hampir semua mobil dan motor yang dimasukkan ke dalam venue tidak dinyalakan mesinnya, supaya tidak mengeluarkan asap yang dapat mengganggu kebersihan udara di dalam, dan juga tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu ketenangan di dalam venue dan di pemukiman sekitar. Gue katakan hampir semua karena ada beberapa mobil yang terpaksa menyalakan mesinnya karena terlalu besar untuk didorong dan kru yang bekerja disana untuk membantu proses loading para peserta juga tidak banyak. Kalau motor sih semuanya didorong. Sebelum-sebelumnya Mooneyes sering mendapatkan complain dari tetangga-tetangga sebelah bahwa acara mereka ramai, kotor, dan berisik; yang membuat acara itu terancam untuk ditiadakan. Mooneyes lalu membuat kampanye atau tema setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengedukasi peserta dan pengunjung untuk berlaku sebaik dan setenang mungkin demi kelangsungan acara di masa-masa mendatang, dan sepertinya berhasil.

 

Sore hari itu kami juga menyempatkan diri untuk mendatangi Mooneyes Area 1 di daerah Honmoku, Yokohama yang merupakan markas dari Mooneyes. Tidak hanya toko yang menjual ribuan merchandise Mooneyes, tapi juga tempat itu lengkap dengan bengkel dan cafe. Tempat ini tidak besar. Kegiatan yang dominan dilakukan juga hanya berjualan merchandise dan makanan serta minuman. Bengkelnya terlihat seperti sedang libur atau diatur sebagai display untuk tamu-tamu bisa berfoto. Mooneyes sudah memiliki range produk yang sangat luas, mulai dari tshirt sampai gelas, onderdil motor dan mobil sampai ke pulpen. Cafe-nya pun terlihat sudah siap untuk melayani tamu tanpa henti dengan makanan-makanan yang juga lezat. Walau ukurannya kecil tapi cafe itu tidak pernah berhenti mengisi mejanya dengan tamu selama kami disana, bahkan kami pun masuk di dalam waiting list sebelum kami bisa duduk. Tidak kebayang berapa pendapatan mereka selama seminggu sebelum dan seminggu sesudah HCS 2016.

 

Malam sebelum hari-H, diadakan sebuah pesta selamat datang kecil yang diberi nama Little Get Together Party di Pacifico. Akses jalan utama yang di tengah diblok untuk para tamu bisa duduk makan dan minum sambil mengobrol. Ada panggung juga di ujung jalan itu yang dipakai untuk pertunjukkan musik kecil dan membacakan berbagai pengumuman. Tamu-tamu yang datang dikenakan biaya tiket masuk yang sudah termasuk 1 box makanan dan 1 gelas minuman. Selain itu juga para tamu bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat preview pertama kali dari berbagai display yang diperuntukkan bagi acara keesokannya. Kami tidak bisa bebas berkeliling ke segala penjuru, hanya di dalam batas tali yang sudah diset supaya para tamu bisa sedikit berputar untuk melihat dari kejauhan area-area yang digelapkan. Malam itu juga gue dan Roni sempat ngobrol sebentar dengan living legend dari dunia skateboarding, Steve Caballero yang membawa motor Triumph-nya yang dibangun oleh Bryan Thompson yang kebetulan juga sedang bersamanya. Kami sempat memuji betapa lucunya aksi di acara Ride In Show di HCS 2015 yang kami lihat di Youtube. Kami berjanji untuk mampir ke booth-nya untuk ngobrol lebih banyak dan memotret motornya besok.

 

Hari-H. Kami berencana untuk ke venue pagi untuk mengambil stock shot orang-orang yang sedang mengantri untuk masuk demi mendapatkan tempat terbaik untuk melihat acara Ride In Show (semacam acara catwalk untuk beberapa motor dan mobil peserta masuk ke venue), dan juga demi mendapatkan berbagai merchandise limited edition yang selalu berganti setiap tahunnya. Namun karena semalam kami minum terlalu banyak, maka kami bangun kesiangan haha! Kami sampai di venue sekitar jam 12.30 siang, dan langsung memasuki venue tanpa mengantri. Gue cukup beruntung untuk masih bisa mendapatkan tshirt event dengan ukuran gue yang sudah tidak banyak tersisa. Setelah itu kami semua berpencar untuk masing-masing melihat, memotret, dan mengambil video objek-objek yang kami masing-masing suka. Susahnya di acara yang durasinya cukup singkat seperti ini (jam 09.00-18.00) dengan konten yang sangat banyak, kalau kami jalan bareng dan jadinya tunggu-tungguan pasti tidak akan cukup waktunya untuk bisa melihat semuanya. Bahkan dengan cara berpencar seperti itu saja gue masih tidak sempat melihat semuanya, tau-tau sudah keburu sore dan orang-orang sudah mulai berberes.

 

Bicara soal motor dan mobil yang didisplay, tidak perlu dipertanyakan lagi kualitas dan keindahannya. Detail yang baik, proporsi yang tepat, juga desain dan presisi yang selaras menjadi sesuatu yang umum disana. Lineup motor tahun ini lebih banyak dari lineup mobil. Area acara pun lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Entah apakah permanen atau khusus untuk anniversary ke-25 saja. Gue pribadi sangat terpukau melihat motor-motor yang ada disana, tapi gue lebih hacep lagi melihat mobil-mobil yang dipamerkan. Jarang sekali gue bisa melihat lineup mobil sebaik ini di Indonesia, jenis-jenisnya yang langka, dan dengan kondisi yang sangat baik. Menurut beberapa teman yang gue tanyakan soal keberadaan mobil-mobil seperti ini di Indonesia, mereka bilang sebetulnya banyak tapi entah kenapa mobil-mobil tersebut tidak pernah keluar. Entah hanya didiamkan di garasi, dimusiumkan, atau hanya keluar di jam-jam kita lagi pada tidur. Sayang sekali. Padahal pameran seperti ini bisa memberikan inspirasi yang besar kepada banyak orang.

 

Beberapa highlight dari HCS 2016 buat gue antara lain adalah gue sempat menemui, ngobrol sebentar, dan berfoto bareng Chopperdave. Chopperdave adalah seorang builder motor, fabrikator, fotografer, dan penulis yang tulisannya sering gue baca di majalah The Horse. Majalah itu adalah salah satu sumber inspirasi gue terlebih di saat awal-awal gue mulai menyukai dan berminat untuk memiliki motor custom. Adalah sebuah kesenangan tersendiri untuk bisa bertemu langsung dengannya. Selain Chopperdave gue juga sempat melihat beberapa builder yang selama ini hanya gue lihat karya-karyanya di majalah atau internet seperti Winston Yeh dari Rough Crafts, Max Schaaf dari 4Q Conditioning, Yaniv dari Powerplant, Cycle Zombies, Pangea Speed, Cherry’s Company, Hide Motorcycle, Bratstyle, dan banyak lagi. Sayangnya beberapa dari mereka sedang terlihat sangat sibuk ketika gue ada disitu, dan tidak semua nama-nama bengkel tadi buildernya sempat gue lihat karena tidak ketemu sama sekali. Ucup malah lebih beruntung dari gue karena dia banyak menemui dan berfoto dengan mereka di saat mereka berpapasan. Tapi gue dan Roni sempat bertemu lagi dengan Steve Caballero sesuai janji kami dan sempat mengobrol lagi. Motor Triumph yang dibawanya adalah motor Triumph pertama yang dia miliki. Dia sudah lama ingin membangun motor Triumph yang terlihat seperti motor Indian.

img_7327

Bisa diibaratkan sebagai ‘naik haji’-nya dunia kustom, kami berangkat ke Jepang untuk menyaksikan Mooneyes Yokohama Hot Rod Custom Show 2016 (HCS 2016).

Karena kesibukan yang belum bisa ditinggal secara bersamaan, rombongan Lawless Jakarta bersama dengan Sekepal Aspal terbagi menjadi 2 kloter pemberangkatan. Walau gue mengatur perjalanan ini cukup bisa dianggap last minute tapi untungnya semua tiket yang gue perlukan masih tersedia. 2 hal yang membuat gue lumayan khawatir; yang pertama adalah masalah cuaca di Jepang yang sedang memasuki musim dingin, dan yang kedua adalah kemungkinan terjadinya hujan dan angin yang akan membuat cuaca disana makin dingin lagi. Ya, memang gue agak norak dan gak terlalu kuat menahan dingin. Badan menggigil, bibir pecah-pecah, dan jalan kaki menjadi lebih menantang karena memakai baju ekstra tebal berlapis-lapis yang bikin berat.

img_7405 img_7330 img_7654 img_7711

Satu hari sebelum hari event, kegiatan loading dilakukan di venue Pacifico, Yokohama. Semua mobil, motor, tenants, dan pengisi acara lain terlihat sibuk mengatur booth dan space-nya masing-masing supaya terlihat secantik mungkin. Kami sendiri tidak masuk ke area event, hanya mengintip dari luar. Kami tidak ingin element of surprise-nya jadi berkurang dengan melakukan itu. Kegiatan loading berjalan dengan sangat tertib dan tenang. Satu hal yang kami amati disana yang cukup berbeda dibandingkan dengan apa yang sering terjadi di event-event motor dan mobil di Indonesia adalah hampir semua mobil dan motor yang dimasukkan ke dalam venue tidak dinyalakan mesinnya, supaya tidak mengeluarkan asap yang dapat mengganggu kebersihan udara di dalam, dan juga tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu ketenangan di dalam venue dan di pemukiman sekitar. Gue katakan hampir semua karena ada beberapa mobil yang terpaksa menyalakan mesinnya karena terlalu besar untuk didorong dan kru yang bekerja disana untuk membantu proses loading para peserta juga tidak banyak. Kalau motor sih semuanya didorong. Sebelum-sebelumnya Mooneyes sering mendapatkan complain dari tetangga-tetangga sebelah bahwa acara mereka ramai, kotor, dan berisik; yang membuat acara itu terancam untuk ditiadakan. Mooneyes lalu membuat kampanye atau tema setiap tahunnya yang bertujuan untuk mengedukasi peserta dan pengunjung untuk berlaku sebaik dan setenang mungkin demi kelangsungan acara di masa-masa mendatang, dan sepertinya berhasil.

img_7355 img_7363

Sore hari itu kami juga menyempatkan diri untuk mendatangi Mooneyes Area 1 di daerah Honmoku, Yokohama yang merupakan markas dari Mooneyes. Tidak hanya toko yang menjual ribuan merchandise Mooneyes, tapi juga tempat itu lengkap dengan bengkel dan cafe. Tempat ini tidak besar. Kegiatan yang dominan dilakukan juga hanya berjualan merchandise dan makanan serta minuman. Bengkelnya terlihat seperti sedang libur atau diatur sebagai display untuk tamu-tamu bisa berfoto. Mooneyes sudah memiliki range produk yang sangat luas, mulai dari tshirt sampai gelas, onderdil motor dan mobil sampai ke pulpen. Cafe-nya pun terlihat sudah siap untuk melayani tamu tanpa henti dengan makanan-makanan yang juga lezat. Walau ukurannya kecil tapi cafe itu tidak pernah berhenti mengisi mejanya dengan tamu selama kami disana, bahkan kami pun masuk di dalam waiting list sebelum kami bisa duduk. Tidak kebayang berapa pendapatan mereka selama seminggu sebelum dan seminggu sesudah HCS 2016.

img_7398 img_7379 img_7375 img_7383 img_7389 img_7392 img_7395 img_7393 img_7397 img_7406 img_7401 img_7404 img_7399

Malam sebelum hari-H, diadakan sebuah pesta selamat datang kecil yang diberi nama Little Get Together Party di Pacifico. Akses jalan utama yang di tengah diblok untuk para tamu bisa duduk makan dan minum sambil mengobrol. Ada panggung juga di ujung jalan itu yang dipakai untuk pertunjukkan musik kecil dan membacakan berbagai pengumuman. Tamu-tamu yang datang dikenakan biaya tiket masuk yang sudah termasuk 1 box makanan dan 1 gelas minuman. Selain itu juga para tamu bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat preview pertama kali dari berbagai display yang diperuntukkan bagi acara keesokannya. Kami tidak bisa bebas berkeliling ke segala penjuru, hanya di dalam batas tali yang sudah diset supaya para tamu bisa sedikit berputar untuk melihat dari kejauhan area-area yang digelapkan. Malam itu juga gue dan Roni sempat ngobrol sebentar dengan living legend dari dunia skateboarding, Steve Caballero yang membawa motor Triumph-nya yang dibangun oleh Bryan Thompson yang kebetulan juga sedang bersamanya. Kami sempat memuji betapa lucunya aksi di acara Ride In Show di HCS 2015 yang kami lihat di Youtube. Kami berjanji untuk mampir ke booth-nya untuk ngobrol lebih banyak dan memotret motornya besok.

img_7414 img_7415 img_7420 img_7417 img_7445 img_7434

Hari-H. Kami berencana untuk ke venue pagi untuk mengambil stock shot orang-orang yang sedang mengantri untuk masuk demi mendapatkan tempat terbaik untuk melihat acara Ride In Show (semacam acara catwalk untuk beberapa motor dan mobil peserta masuk ke venue), dan juga demi mendapatkan berbagai merchandise limited edition yang selalu berganti setiap tahunnya. Namun karena semalam kami minum terlalu banyak, maka kami bangun kesiangan haha! Kami sampai di venue sekitar jam 12.30 siang, dan langsung memasuki venue tanpa mengantri. Gue cukup beruntung untuk masih bisa mendapatkan tshirt event dengan ukuran gue yang sudah tidak banyak tersisa. Setelah itu kami semua berpencar untuk masing-masing melihat, memotret, dan mengambil video objek-objek yang kami masing-masing suka. Susahnya di acara yang durasinya cukup singkat seperti ini (jam 09.00-18.00) dengan konten yang sangat banyak, kalau kami jalan bareng dan jadinya tunggu-tungguan pasti tidak akan cukup waktunya untuk bisa melihat semuanya. Bahkan dengan cara berpencar seperti itu saja gue masih tidak sempat melihat semuanya, tau-tau sudah keburu sore dan orang-orang sudah mulai berberes.

dsc00256 dsc00271 dsc00276 dsc00275 dsc00290 dsc00295 dsc00277 image1 img_7564 img_7645 image2 image3 image4

Bicara soal motor dan mobil yang didisplay, tidak perlu dipertanyakan lagi kualitas dan keindahannya. Detail yang baik, proporsi yang tepat, juga desain dan presisi yang selaras menjadi sesuatu yang umum disana. Lineup motor tahun ini lebih banyak dari lineup mobil. Area acara pun lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Entah apakah permanen atau khusus untuk anniversary ke-25 saja. Gue pribadi sangat terpukau melihat motor-motor yang ada disana, tapi gue lebih hacep lagi melihat mobil-mobil yang dipamerkan. Jarang sekali gue bisa melihat lineup mobil sebaik ini di Indonesia, jenis-jenisnya yang langka, dan dengan kondisi yang sangat baik. Menurut beberapa teman yang gue tanyakan soal keberadaan mobil-mobil seperti ini di Indonesia, mereka bilang sebetulnya banyak tapi entah kenapa mobil-mobil tersebut tidak pernah keluar. Entah hanya didiamkan di garasi, dimusiumkan, atau hanya keluar di jam-jam kita lagi pada tidur. Sayang sekali. Padahal pameran seperti ini bisa memberikan inspirasi yang besar kepada banyak orang.

img_7454 img_7458 img_7459 img_7731 img_7461 img_7573 img_7466 img_7482 image6 img_7474 img_7493 img_7495 img_7504 img_7511 img_7513 img_7514 img_7522 img_7526 img_7532 img_7546 img_7537 img_7535 img_7550 img_7555 img_7558 img_7560 img_7604 img_7608 img_7587 img_7583 img_7579 img_7609 img_7724 img_7614 img_7621 img_7622 img_7624 img_7626 img_7633 img_7650 img_7721

Beberapa highlight dari HCS 2016 buat gue antara lain adalah gue sempat menemui, ngobrol sebentar, dan berfoto bareng Chopperdave. Chopperdave adalah seorang builder motor, fabrikator, fotografer, dan penulis yang tulisannya sering gue baca di majalah The Horse. Majalah itu adalah salah satu sumber inspirasi gue terlebih di saat awal-awal gue mulai menyukai dan berminat untuk memiliki motor custom. Adalah sebuah kesenangan tersendiri untuk bisa bertemu langsung dengannya. Selain Chopperdave gue juga sempat melihat beberapa builder yang selama ini hanya gue lihat karya-karyanya di majalah atau internet seperti Winston Yeh dari Rough Crafts, Max Schaaf dari 4Q Conditioning, Yaniv dari Powerplant, Cycle Zombies, Pangea Speed, Cherry’s Company, Hide Motorcycle, Bratstyle, dan banyak lagi. Sayangnya beberapa dari mereka sedang terlihat sangat sibuk ketika gue ada disitu, dan tidak semua nama-nama bengkel tadi buildernya sempat gue lihat karena tidak ketemu sama sekali. Ucup malah lebih beruntung dari gue karena dia banyak menemui dan berfoto dengan mereka di saat mereka berpapasan. Tapi gue dan Roni sempat bertemu lagi dengan Steve Caballero sesuai janji kami dan sempat mengobrol lagi. Motor Triumph yang dibawanya adalah motor Triumph pertama yang dia miliki. Dia sudah lama ingin membangun motor Triumph yang terlihat seperti motor Indian.

image5 image7

Percakapannya bisa dilihat di 2 part vlog Sekepal Aspal berikut ini:

Ada beberapa obrolan dengan teman-teman mengenai acara ini yang gue ingin highlight. Yang pertama dengan Ucup. Dia bilang,

“Yang gue senangi dari acara ini adalah tidak adanya kontes. Seperti halnya acara Sekepal Aspal Indonesia Motoart Exhibition, semua peserta yang ada disini memajang karyanya untuk mendapatkan apresiasi dan pengenalan dari lebih banyak orang, bukan pengakuan dari juri.”

Kami sepakat bahwa tujuannya adalah memberikan inspirasi, bukan untuk memenangkan sebuah kompetisi. Membuat sebuah karya untuk dinikmati, bukan untuk dipilih sebagai juara. Dan yang kedua adalah dengan Mas Lulut dari Kustomfest. Dia bilang,

“Anak-anak muda kita gak perlu menunggu untuk bisa membeli motor atau mobil mahal untuk bisa bermain di dunia kustom. Mulailah dengan bahan-bahan yang banyak ada di daerah kalian masing-masing.”

Gue rasa dari situ kita semua bisa belajar banyak tentang proses, selera, dan skena. Karena sejatinya tidak hanya untuk memuaskan mata orang, tapi hati kita juga harus merasa puas dan terpenuhi dengan membuat sebuah karya, apapun dan bagaimanapun itu.

Leave a reply